Pembangunan kanal yang menghubungkan Sungai Deli dan Sungai Amplas pada tahun 2008 dengan anggaran sebesar Rp240 miliar dinilai tidak efisien dan kurang bermanfaat dalam menanggulangi banjir di Kota Medan. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Forum Masyarakat Kritis Sumatera Utara (FMK), Jonny Marbun, setelah melakukan peninjauan lapangan.
Saat bertemu pada Jumat (10/1/2025) di depan kantor Balai Wilayah Sungai (BBWS) Sumatera II Medan, Jalan Jenderal Harris Nasution, Medan Johor, Jonny menyampaikan keluhan ini kepada Kasatker Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air (SDA), Indra Kurnia. Namun, Indra yang saat itu mendampingi Kabalai BBWS mengatakan bahwa ia sedang sibuk dan berjanji akan menghubungi Jonny sore harinya sebelum berangkat bersama rombongan Kabalai ke Belawan.

Jonny bersama tim FMK menelusuri kanal mulai dari pintu masuk Sungai Deli, yang lokasinya dekat dengan SMA Negeri 13 Medan, Kelurahan Titi Kuning, hingga ke ujung kanal di Sungai Amplas. Dalam peninjauan tersebut, mereka mendokumentasikan kondisi kanal dengan foto dan video, yang kemudian dikirimkan langsung kepada Indra Kurnia sebagai bahan evaluasi.
Pada pukul 14.38 WIB, Indra Kurnia menghubungi Jonny untuk mengatur pertemuan di lokasi pintu masuk kanal Sungai Deli. Namun, karena Jonny berada jauh dari lokasi yang ditentukan, pertemuan tersebut tidak terlaksana. Indra kemudian melanjutkan kegiatannya mendampingi Kabalai untuk memeriksa proyek di Belawan.

- Jonny Marbun, Ketua FMK Sumut.
Forum Masyarakat Kritis menilai pekerjaan Operasi dan Pemeliharaan SDA di kanal ini kurang memiliki dampak signifikan.
“Proyek ini terkesan hanya menghamburkan uang negara tanpa perencanaan matang. Kanal ini bahkan belum bisa diandalkan untuk menampung banjir, terutama saat musim hujan atau meluapnya Sungai Deli dan Sungai Amplas,” ungkap Jonny.
Selain itu, Jonny juga menyoroti keberadaan tembok sepanjang sekitar 200 meter di dalam kanal, tepatnya di bawah Jembatan Katamso, yang dinilai tidak memiliki fungsi jelas dalam penanggulangan banjir.
“Bangunan ini hanya menunjukkan pemborosan anggaran tanpa tujuan yang jelas,” tambahnya.
FMK berharap Kabalai BBWS Sumatera II, Agus Safari, dapat menciptakan program inovatif yang tidak hanya berfokus pada penanggulangan banjir tetapi juga memperindah kawasan kanal.
“Mulai dari pintu kanal Sungai Deli hingga Sungai Amplas, sebaiknya ditata dengan baik, misalnya dengan menanam bunga di sepanjang pinggiran kanal agar lebih menarik dan memberikan manfaat estetika bagi masyarakat umum,” saran Jonny.

- Ujung bangunan kanal di aliran sungai Amplas.
“Pemeliharaan kanal ini harus dilakukan lebih efisien dan tepat guna. BBWS Sumatera II juga perlu memberikan penjelasan yang transparan mengenai fungsi bangunan-bangunan di dalam kanal agar masyarakat tidak merasa pembangunan ini sia-sia,” tutup Jonny.